Seni Pertunjukkan Ebeg atau Kuda Lumping

    Indonesia memang memiliki keaneka ragaman seni yang tiada tara yang membentang dari Sabang hingga Merauke. Warisan budaya yang terus turun temurun dari nenek moyang kita merupakan barang yang bernilai tinggi yang tidak bisa dibeli dengan berlian termahal sekalipun. Oleh sebab itu, kita harus melestarikan adat istiadat atau seni budaya yang ada di Indonesia. Apabila kita tidak melestarikan, budaya itu akan punah dan bisa saja diklaim oleh negara lain yang tidak mengetahui asal-usulnya.
   
    Sudah tidak diragukan lagi bahwa Indonesia kaya akan keaneka ragaman seni. Salah satunya adalah seni pertunjukkan kuda lumping. Kuda lumping atau Kuda kepang merupakan suatu bentuk seni tari atau tari-tarian yang berasal dari Suku Jawa di Pulau Jawa, Indonesia. Kuda lumping atau kuda kepang dalam Bahasa Jawa disebut Jaran lumping atau Jaran kepang dan kalau di daerah kami biasa disebut ebeg. Kuda lumping merupakan tarian yang biasanya dibawakan oleh pria kalau wanita itu jarang. Tari-tarian ini sering dijadikan ajang penilaian praktek tari di sekolah.
    Kalau urusan busana, yang utama itu adalah jarit yang bermotif batik, ada juga yang bermotif seperti papan catur yang hitam putih. Jarit itu terselempang di sekitar pinggang. Terus ada selendang atau slendang yang agak panjang juga keris yang diapitkan dengan sabuk di pinggang bagian belakang. Di bagian kepala ditutupi dengan blangkon atau ikat kepala berwarna merah kuning. Di bagian telinga juga diberi aksesori yang dapat menaikkan nilai tambah pasang mata yang melihatnya. Di bagian kaki biasanya memakai sepatu khas atau juga hanya memakai kaos kaki yang panjang.
   
Pemain kuda lumping biasanya terdiri dari 2 baris yang setiap baris terdiri dari 4 orang. Bila lebih berarti itu adalah tambahan untuk meningkatkan nilai hiburan penonton. Kuda lumping juga terdapat 2 atau 3 Barongan yang siapa saja boleh memakainya. Setiap pemain Barongan terdiri dari 2 orang, yang pertama sebagai kepala atau pengendali Barong dan yang kedua sebagai ekor atau yang mengikuti yang depan. Kuda lumping juga diiringi suara musik gamelan dan penyanyi jawa / sinden yang beranggotakan 2 atau 3 orang bisa juga lebih.
    Di penghujung bagian atau acara biasanya terdapat sesi penyembuhan orang atau pemain yang kerasukkan atau orang Jawa bilang mendhem. Orang yang kerasukkan biasanya akan menari mengikuti iringan gamelan dan biasanya mempertontonkan adegan pecut sebanyak 7 atau 8 kali. Bila sudah puas maka dia akan menuju ke yang ahli yang biasanya berdiri di tengah.

    Itu adalah salah satu seni di antara banyaknya seni di Indonesia. Kita sebagai warga Indonesia harus cinta menjunjung tinggi kebudayaan yang merupakan kebanggaan Indonesia. Jangan malah hanya berdiam di rumah disaat ada pertunjukkan.
   Maaf foto fotonya dari belakang karena selalu terhimpit.

                                                                                        #maju_adipala

Komentar